Social Comparison

Social comparison mengacu pada “kecenderungan untuk membandingkan prestasi, situasi, dan pengalaman seseorang dengan orang lain” (Buunk AP, Gibbons FX, 2006). Teori social comparison didirikan berdasarkan teori dari Festinger (Festinger, 1954). Festinger memproses social comparison sebagai proses alami untuk evaluasi diri (self-evaluation) ketika individu tidak memiliki kriteria objektif untuk menilai kemampuan (abilities) dan pendapat (opinions) mereka. Untuk membuat evaluasi diri mereka akurat, individu cenderung memilih orang-orang yang dianggap mirip dengan diri mereka sebagai target perbandingan.

Para ahli memperluas teori Festinger, dengan alasan bahwa individu dapat melakukan berbagai jenis social comparison untuk mencapai tujuan selain evaluasi diri. Misalnya, mereka dapat melakukan social comparison ke atas, atau membandingkan diri mereka dengan orang lain yang superior, untuk meningkatkan diri mereka sendiri; mereka juga dapat melakukan social comparison ke bawah, atau membandingkan diri mereka dengan orang lain yang inferior, untuk meningkatkan subjective well-being atau kesejahteraan subjektif mereka (Wills TA, 1981; Wood J., 1989).

Menurut teori social comparison, orang berbeda dalam kecenderungan mereka membuat perbandingan dengan orang lain. Mereka yang memiliki orientasi kuat untuk social comparison memiliki tiga karakteristik. Pertama, mereka memiliki aktivasi diri kronis yang tinggi, yang berarti mereka memiliki tingkat kesadaran diri publik dan pribadi yang tinggi. Kedua, mereka berorientasi sosial, tercermin dari minat, empati, dan kepekaan mereka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain. Ketiga, mereka cenderung memiliki keefektifan dan ketidakpastian diri yang negatif dan dengan demikian sering memiliki harga diri yang rendah dan neurotisme yang tinggi (Buunk AP, Gibbons FX, 2006).

Orientasi social comparison sangat penting dalam konteks media sosial karena SNSs memberikan banyak peluang untuk social comparison, yang dapat mempengaruhi psychological well-being (kesejahteraan psikologis) seseorang. Khususnya, pada SNSs, individu terlibat dalam social comparison yang lebih ke atas daripada perbandingan sosial ke bawah (Vogel E, Rose J, Roberts L, et al., 2014). Mungkin karena lebih banyak pengguna menampilkan gambar diri yang sangat positif (Yang C-C, Brown BB, 2016), dan karenanya, platform SNSs dipenuhi dengan target untuk perbandingan ke atas, yang sering menyebabkan iri (Lim M, Yang Y, 2015) dan rendah diri (Vogel E, Rose J, Roberts L, et al., 2014). ---/0/


0 Komentar